Skip to main content

Makalah Psikologi Komunikasi dan Tabligh Pengelolaan Emosi dalam Komunikasi


Halo Good Readers, tak terasa kini sudah dipenghujung bulan September dan besok udah tanggal satu aja ya, siapa yang sebentar lagi gajian??? Wah pasti banyak ya, bagi yang belum punya gaji juga gamasalah, santai aja rezeki udah ada yang ngatur kok :)
Sebelum masuk ke pembahasan, penulis ingin mengingatkan untuk jangan lupa menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang terkena dampak musibah bencana alam. Baik itu di Lombok, Sulawesi, dan sebagainya. Semoga sedikit bantuan yang kita berikan bisa bermanfaat bagi mereka. Dan semoga kita yang memberikan selalu diberikan nikmat yang baik pula dari Allah SWT. Aamiin.

Oke Good Readers, kali ini saya akan sedikit informasi yang membahas mengenai Psikologi Komunikasi dan Tabligh Pengelolaan Emosi dalam Komunikasi, yang di dalamnya terdapat teori-teori tentang emosi, emosi da'i atau komunikator dan lainnya. Sumber dari daftar pustaka dan footnote juga sudah tertera yaa. Langsung saja silahkan baca hasil sedikit contoh makalah yang saya buat dibawah ini :) Jangan lupa baca sampai bawah, ada sedikit pesan hehe.

BAB I
PENDAHULUAN

      A. Latar Belakang Masalah

Dalam Tabligh, dakwah maupun komunikasi biasa, seorang komunikator tidak hanya dituntut cerdas dan menguasai materi dakwah. Salah satu hal yang tidak kalah penting juga adalah soal pengelolaan emosi dalam diri komunikator lebih-lebih dalam memahami emosi dan kejiwaan para pendengar. Komunikator yang baik akan memperhatikan dimensi kejiwaan baik pada dirinya maupun pada diri lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicaranya adalah khalayak ramai.
Kecerdasan komunikator dalam mengelola emosi baik emosi dirinya juga menghadapi pendengarnya sangat menentukan keberhasilan dakwah maupun tabligh. Dengan kemampuan tersebut seorang komunikator akan memahami metode seperti apa yang dapat digunakan dalam berkomunikasi sesuai keadaan atau gejolak kejiwaan para komunikannya. Komunikator akan paham bagaimana dia harus berbicara, kapan harus memulai, kapan harus mengakhiri dan strategi lainnya agar komunikasi berjalan efektif dan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Maka dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana emosi seorang da’i atau komunikator, komunikan dan cara menghadapi situasi komunikasi yang ada dalam perspektif emosi keduanya, agar terlaksana dakwah yang sesuai harapan dan baik da’i maupun mad’u akan saling nyaman dan paham tentang karakter kejiwaan masing-masing, dan makalah ini kami beri judul “Pengelolaan Emosi dalam Komunikasi”.

      B. Rumusan Masalah

                       a. Bagaimana emosi da’i dalam komunikasi?
                       b. Bagaimana emosi mad’u dalam komunikasi?
                       c. Bagaimana cara menghadapi mad’u dalam Berkomunikasi ?

      C. Tujuan

                       a. Untuk mengetahui emosi da’i dalam komunikasi
                       b. Untuk mengetahui emosi mad’u dalam komunikasi
                       c. Untuk mengetahui cara menghadapi mad’u 


BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian dan Teori-teori tentang Emosi

Komunikator adalah suatu kelompok ataupun seseorang yang menyampaikan gagasan, peasaan ataupun pemikirannya kepada orang lain. Sedangkan komunikan adalah pihak yang menjadi target atau sasaran dari suatu pesan yang dikirimkan oleh komunikator.
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif, warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam warna efektif yang kuat maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasan-perasaan tersebutlah yang  dinamakan  dengan emosi.[1]
Menurut George Miller emosi adalah pengalaman seseorang tentang perasaan yang kuat dan biasanya diiringi dengan perubahan-perubahan fisik dalam peredaran darah dan pernapasan, biasanya juga dibarengi dengan tindakan-tindakan pemaksaan.[2] Sarlito W. Sarwono menjelaskan emosi sebagai suatu reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri.
Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya, orang merasa sedih, senang, terharu dan sebagainya jika melihat sesuatu, memdengar sesuatu, mencium sesuatu dan sebagainya. Dengan kata lain perasaan atau emosi  disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa atas akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumya datang dari luar dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umunya menimbulkan kegoncangan- kegoncangan pada individu yang bersangkutan.

Ada 5 emosi yang biasa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain yaitu ;
1). Takut
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu.
2). Khawatir
Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak senang, dan rasa tidak aman.
3). Cemburu
Cemburu adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang memiliki emosi cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.
4). Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kalangan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba dan kiegembiraan biasanya bersifat sosial yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang gembira tersebut.
5). Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktifitas untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah untuk menyalurkan ketegangan ketegangan itu, individu yang bersangkutan menjadi marah karena tujuannya tidak tercapai.[3]

Dalam upaya menjelaskan bagaimana timbulnya emosi, para ahli mengemukakan beberapa teori emosi, diantaranya: Teori Emosi Dua-Faktor oleh Shcachter dan Singer, Teori Emosi James-Lange oleh James dan Lange dan Teori Emergency oleh Cannon.[4]

1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter dan Singer
Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah, dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan , emosi yang timbul dinamakan takut.

2. Teori Emosi James-Lange
Menurut teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Contohnya saat seseorang  melihat harimau, reaksinya peredaran darah semakin cepat karena denyut jantung semakin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara. Respons-respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbulnya rasa takut.

3. Teori “Emergency” Cannon
Cannon mengatakan, bahwa organ dalam umumya terlalu insensitive dan terlalu dalam responsnya untuk bisa menjadi dasar berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang sering kali berlangsung demikian cepat. Meskipun begitu, ia sebenarnya beranggapan bahwa organ dalam merupakan satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional. Teori ini menyebutkan emosi timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik.
            Dalam kehidupan sehari-hari sering dengar adanya perasaan yang tinggi dan perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya suatu klasifikasi dari perasaan dan emosi. Max Scherer mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan atau emosi, yaitu :
1). Perasaan atau emosi tingkat sensatis
Perasaan atau emosi ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dan dingin.
2). Perasaan atau emosi kehidupan vital
Perasaan atau emosi ini bergantung kepada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah dan sebagainya.
3). Perasaan atau emosi kepribadian
Perasaan atau emosi ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya perasaan harga diri, perasaan putus asa, dan perasaan puas.
4). Perasaan kejiwaan
Perasaan atau emosi  ini merupakan perasaan seperti rasa gembira, susah, dan takut.[5]
Pada emosi yang kuat, seringkali terjadi perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara lain :
1). Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.
2). Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3). Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.
4). Pupil mata membesar bila sakit atau marah.
5). Liur mengering bila takut dan tegang.
6). Otot menegang dan bergetar (tremor) bila terjadi takut dan tegang.
7). Komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-
kelenjar lebih aktif.

B.   Emosi Da’i atau Komunikator dalam Komunikasi

Komunikasi berperan dalam membentuk kepribadian kita. Hubungan dengan orang lain akan mempengaruhi kualitas hidup kita. Bila pesan yang kita sampaikan tidak dipahami dengan baik oleh orang lain, maka dapat dikatakan komunikasi yang kita lakukan mengalami kegagalan atau tidak efektif. Stewart L. Tubs dan Sylvia Moss  menyatakan bahwa komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan 5 hal, yaitu :[6]
1. Pengertian yaitu penerimaan yang tepat dari konten stimuli seperti yang disampaikan oleh komunikator.
2. Kesenangan yaitu komunikasi yang dilakukan untuk menimbulkan kesenangan atau phatic communication.
3. Mempengaruhi sikap yaitu komunikasi ditujukan untuk mempengaruhi orang lain. Salah satu cara agar kita dapat mempengaruhi sikap orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang psikologi komunikator, psikologi pesan, dan psikologi komunikan.
4. Hubungan sosial yang baik yaitu komunikasi bertujuan untuk mempererat hubungan sosial yang baik. Sebagai makhluk sosial, kebutuhan sosial menjadi kebutuhan yang paling utama manusia. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian dan kekuasaan, dan cinta dan kasih sayang
5. Tindakan yaitu persuasi ditujukan untuk mengeluarkan tindakan yang diinginkan. Efektivitas komunikasi diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikan.

Komunikator adalah pihak pertama yang membuat atau melakukan encoder pesan. Dia merupakan pemrakarsa mengubah pesan karena ingin menyajikan pikiran dan pendapat tentang suatu peistiwa atau objek. Jika sebuah proses komunikasi tidak berjalan efektif, maka kesalahan terbesar terletak pada komunikator, sebab cara komunikator memulai sebuah pesan menentukan bagaimana pesan itu diterima.
Dengan demikian Hovland mengungkapkan bahwa karakteristik sumber sangat berperan dalam mempengaruhi penerimaan awal pada pihak penerima pesan dan dapat memiliki efek.[7] Sumber yang dapat dipercaya (credible) akan memperkuat nilai informasi yang disampaikan dan untuk kredibilitas sumber memiliki tiga faktor yaitu status, keandalan, dan keahlian sumber. Ketiga hal tersebut, jika dimiliki oleh sumber maka akan menambah nilai informasi yang akan disampaikan.
Aristoteles mengemukakan bahwa untuk menjadi komunikator yang efektif perlu memperhatikan tiga hal yaitu ethos, phatos, dan logos.
Ethos terletak pada kecerdasan yang tercermin dalam kata-kata, argument-argumen yang masuk akal, kejujuran dan citra juga niat yang baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara.
Phatos  yaitu pendekatan emosional yakni kemampuan komunikator menggugah emosi yang dimunculkan oleh pendengar, dan pendengar sebagai alat pembuktian ketika emosi mereka digugah oleh rasa misalnya: bahagia, sakit, benci, atau sakit. Phatos merupakan keterampilan menyampaikan pesan dengan memakai perumpamaan, seni menampilkan suara baik volume maupun intonasi, menyampaikan pesan dengan cara bertutur yang dapat menggugah emosi audiens. Emosi  (phatos) komunikator dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.       Kemarahan versus kelembutan
b.      Kasih sayang dan pesahabatan versus kebencian
c.       Ketakutan versus kepecayaan diri
d.      Rasa malu versus tidak punya rasa malu
e.       Penghina versus pemberi pujian
f.       Belas kasih versus rasa iri
Faktor ketiga yang harus dimiliki komunikator adalah logos, yaitu pendekatan logika dan rasional dalam menyampaikan argumentasi. Seorang komunikator harus memiliki akal sehat, dan kemampuan menyampaikan pesan-pesan yang masuk akal karena disertai bukti-bukti dan data yang akurat, aktual, dan faktual.


C.  Emosi Mad’u atau Komunikan dalam Komunikasi

Menurut McQuail audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu tertentu, dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara sukarela sesuai dengan harapan tertentu bagi masalah menikmati, mengagumi, mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan atau lega.[8]
Emosi audiens saat berkomunikasi tergantung pada komunikator ketika dia memulai berkomunikasi menyampaikan pesan atau memulai suatu presentasi.

Caranya adalah melibatkan audiens dalam komunikasi, yaitu:[9]
1. Libatkan Emosi Audiens
Bagaimana melibatkan emosi audiens? Cerita, inilah salah satu cara yang sangat efektif untuk melibatkan emosi audiens dalam presentasi yang kita sampaikan. Dengan cerita yang interaktif kita secara tidak langsung telah membawa mereka dalam imajinasi mereka sendiri.

2. Buat Audiens Bergerak
Cara ini perlu  dipertimbangkan dalam sesi presentasi yang akan disampaikan. Jika kita melakukan presentasi dalam durasi waktu yang singkat mungkin tidak masalah jika membiarkan audiens duduk terus ditempat duduknya dari awal sampai akhir presentasi. Tapi kalau presentasi itu dilakukan berjam-jam, ada baiknya kita memikirkan cara yang tepat untuk membuat audiens itu bangkit dari tempat duduknya dan melakukan gerak. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan misalnya dengan melakukan ice breaking,  simulasi atau cara-cara yang lain. Hal ini akan membantu audiens menghilangkan kejenuhan yang dialami. Selain itu cara ini juga efektif untuk melibatkan audiens dalam presentasi yang disampaikan.

3. Ajukan Pertanyaan
Sebenarnya semua orang ingin di dengarkan, termasuk audiens. Perlu dipahami  bahwa presentasi itu adalah komunikasi dua arah antara komunikator dan audiens. Untuk itu sangat penting bagi komunikator untuk memberikan kesempatan kepada audiens untuk berbicara, menyampaikan apa yang mereka pikir dan mereka rasakan. Ajukan pertanyaan  kepada audiens, ini akan menunjukkan bahwa komunikator sangat peduli dengan apa yang mereka pikir dan mereka rasakan. Selain itu memberikan pertanyaan bisa juga digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui sampai dimana audiens memahami apa yang Anda sampaikan.

4. Lakukan Jejak Pendapat
Cara ini bisa kita lakukan dengan cara melakukan jajak pendapat singkat mengenai suatu isu dari topik yang disampaikan. Ini merupakan yang baik dan efektif dan efektif untuk melibatkan audiens dalam presentasi. Selain itu cara ini juga menunjukkan bahwa komunikator tertarik dengan pendapat mereka.

5.Melibatkan dalam Diskusi
Ini juga bisa menjadi pilihan yang bisa digunakan untuk melibatkan audiens dalam presentasi. Ketika komunikatir melibatkan audiens dalam diskusi, berarti komunikator memberikan kesempatan kepada audiens untuk berpikir kritis dan menginternalisasikan poin yang disampaikan dengan cara-cara yang logis. Masing-masing audiens memiliki kesempatan yang sama untuk mengutarakan pendapat mereka dengan lebih profesional. Ini jelas poin yang akan menjadikan presentasi menjadi lebih menyenangkan.

6. Gunakan Humor
Dalam setiap sesi presentasi menggunakan humor selalu memberikan suasana tersendiri dalam diri audiens. Komunikator harus tahu, selain ingin mengetahui informasi yang disampaikan, audiens juga menginginkan sebuah kegembiraan saat mendengarkan presentasi. Dan untuk menciptakan kegembiraan dalam diri audiens, humor memiliki peranan yang sangat penting. Namun perlu diingat, jika komunikator bukan tipe orang yang humoris, sebaiknya komunikator tidak memaksakan diri.

D.  Pengelolaan Emosi dalam Menghadapi Mad’u

Ada  6 cara untuk membujuk dan mempengaruhi orang menurut Robert B. Cialdini yang sudah terbukti secara ilmiah yang patut dikembangkan untuk memberikan dampak pada sebuah penyampaian pesan dari pembicara ke audiens , yaitu :[10]
1. "Reciprocity"
Reciprocity atau hukum timbal balik adalah prinsip yang biasanya digunakan oleh para pemasar atau pelaku bisnis untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk atau jasa yang mereka jual dengan terlebih dahulu memberikan hadiah kepada calon konsumen. Hadiah ini bisa berupa sample produk gratis atau yang lain.
Bagaimana menerapkan prinsip ini untuk presentasi?. Cara sederhana yang dapat dilakukan oleh komunikator adalah dengan memberikan value kepada audiens melebihi apa yang mereka inginkan. Value di sini yang utama adalah materi presentasi ditambah dengan penawaran lain yang membuat audiens semakin mendapat manfaat dari apa yang mereka dengarkan.
Contohnya bisa dengan memberikan bonus konsultasi gratis pasca presentasi, memberikan webinar gratis sebagai tindak lanjut atau bisa juga dengan memberikan hak akses keanggotaan sebagai member produk atau jasa yang ditawarkan.

2. "Scarcity"
Scarcity atau kelangkaan adalah prinsip di mana komunikator  tidak hanya sekedar memberikan manfaat kepada audiens, tapi lebih dari itu komunikator juga harus mampu menjelaskan kepada audiens apa ruginya jika tidak mendengarkan presentasi yang akan disampaikan, tidak mengadopsi ide atau tidak menggunakan jasa atau produk yang dijual. 

3. "Authority"
Ketahuilah audiens akan mendengarkan dan mengikuti presenter yang memiliki otoritas, memiliki kredibilitas atau keahlian pada topik yang ia sampaikan. Jadi jika ingin audiens mengadopsi ide dan mengikuti call to action , komunikator perlu membangun authority.
Bagaimana caranya? Ada beberapa cara. Pertama adalah dengan menjadi ahli pada topik. Ini adalah syarat mutlak pertama untuk membangun authority. Kedua, menjaga penampilan. Ingat, apa yang komunikator kenakan akan sangat berpengaruh  pada penilaian pertama audiens. Gunakan pakaian terbaik yang sesuai dengan situasi presentasi. Ketiga, perkenalkan siapa diri dengan cara yang bijaksana.

4. "Consistency"
Consistency terkait erat dengan komitmen komunikator  pada bidang yang komunikator  kerjakan. Semakin besar komitmen pada bidang yang ditekuni (materi yang disampaikan), maka akan semakin besar pula kepercayaan audiens kepada komunikator
Lantas bagaimana sebuah komitmen terlihat?Sangat sederhana, semua akan terlihat dari konsistensi komunikator.
contoh sederhana saja, Saat komunikator membawakan materi seminar atau training dengan topik presentasi atau "public speaking", maka kemungkinan audiens mempercayai komunikator akan jauh lebih besar dibandingkan komunikator membawakan materi lain. Mengapa? Itu karena konsistensi komunikator pada bidang presentasi dan public speaking sudah terbukti.

5. "Liking"
Perlu komunikator tahu, orang lebih suka untuk mengatakan ya kepada orang yang mereka sukai. Itu artinya jika ingin dapat mempengaruhi audiens maka komunikator harus dapat membuat audiens menyukai. Lantas bagaimana melakukannya. Semua harus dimulai dengan terlebih dahulu mengenali siapa audiens. Ada beberapa aspek yang perlu dikenali, diantaranya adalah aspek demografis, psikologis dan kontekstual. Setelah komunikator mengenali siapa audiensnya, kemudian silakan hubungkan materi yang akan disampaikan dengan kebutuhan mereka. Komunikator harus tahu, audiens paling menyukai sesuatu hal yang berhubungan dengan mereka.

6. "Consensus"
Consensus atau bukti sosial adalah prinsip keenam yang juga perlu komunikator kembangkan untuk meningkatkan pengaruh. Ini dikarenakan ketika audiens kurang mengenal komunikator, kurang memahami siapa komunikator maka mereka akan melihat bagaimana perilaku orang lain atau pendapat orang lain tentang diri komunikator. tentang produk atau jasa komunikator
Jadi tugas komunikator di sini tidak hanya sekedar membuat audiens mengadopsi ide, mengikuti call to action  komunikator, tapi lebih dari itu komunikator juga harus dapat menunjukkan atau menguraikan semua orang lain yang telah mengadopsi ide, mendapatkan manfaat dari informasi yang komunikator telah sampaikan.

Daftar Pustaka

Cialdini, Robert 1984. Influence: The Psychology of Persuasion. New York :
     Harperbusiness
Hamidi. 2010. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah. Malang : UMM Press.
Lahey, Benjamin B. 2007. Psychology: An Introduction, 9th Edition, New York:
     McGraw-Hill.
McQuail, Dennis. 1994. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi . Bandung : Remaja Rosdakarya
Sayyid, Muhammad Zalawi. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam & Ilmu
     Jiwa. Jakarta: Gema Insani.
Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab Abdul Muhibl. 2004. Psikologi Suatu
     Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Footnote:


[1]Abdul Rahman Shaleh.Muhbid Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam: Prenada Media. Hal.151
[2]Muhammad Sayyid M. az-Zabalawi. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam & Ilmu Jiwa. Jakarta: Gema Insani.
[3]Abdul Rahman Shaleh.Muhbid Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam: Kencana Prenada Media Group. Hal.175
[4] Benjamin B. Lahey. 2007. Psychology: An Introduction, 9th Edition, New York: McGraw-Hill.
[5]Abdul Rahman Shaleh.Muhbid Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam: Kencana Prenada Media Group. Hal.157.
[6]Drs. Jalaluddin Rakhmat, .2008. Psikologi komunikasi . Bandung : Remaja Rosdakarya
[7]Ibid hal.18
[8] Dennis McQuail. 1994. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga, hal. 202
[9] https://berguruberilmu.blogspot.com/2017/09/makalah-komunikasi-lisan.html. (Diakses tanggal 6 Desember 2017 pukul 8.29 PM)
[10]Robert Cialdini. 1984. Influence: The Psychology of Persuasion

Oke Good Readers itulah salah satu makalah Psikologi Komunikasi dan Tabligh Pengelolaan Emosi dalam Komunikasi. Jika kalian punya pembahasan yang lebih lengkap dan banyak referensi lagi boleh di share (bagi) kesini kok biar sama-sama belajar.
Kesimpulan kalian buat sendiri yaa hehe, karena ada kemungkinan kesimpulan yang ingin disampaikan berdasar analisa berbeda.
Semoga bermanfaat~

Baca Juga:

Comments

Popular posts from this blog

5 Contoh Teks Naskah Berita Yang Perlu Anda Ketahui

Halo Good Readers.. Kembali berjumpa lagi dengan saya, semoga kalian dalam keadaan sehat selalu yaa. Oke, kali ini saya akan memberikan contoh teks naskah berita televisi yang sudah saya himpun dari beberapa stasiun TV swasta. Teks naskah berita yang baik tentunya mengandung unsur 5W+1H didalamnya dong yaa dan ada kode etik jurnalistik dalam menyampaikan berita salah satunya yaitu cover both side yaitu perlakuan berimbang terhadap objek yang diberitakan dan kita harus bersifat netral. Namun, sebelum kebagian teks naskah berita ada beberapa istilah-istilah yang perlu saya kasih tau nih, yaitu: a. Lead/Teras berita adalah paragraf pertama dalam berita yang mengandung gambaran umum suatu berita. Teras Berita yang ideal adalah yang menggandung unsur 5W + 1 H. Unsur 5 W + 1 H adalah  What  (Apa),  Who  (Siapa),  Why  (Kenapa),  When  (Kapan),  Where  (Dimana) dan  How  (Bagaimana). Namun tidak ada urutan rumus yang pasti dalam menempatkan mana yang harus lebih dulu ditulis

Makalah Sifat Relasi Manusia dan Pengembangan Relasi dalam Komunikasi Antar Pribadi

Halo Good Readers, tak terasa kini berjumpa diakhir bulan April. Oke kali ini saya akan memberikan pembahasan mengenai  Sifat Relasi Manusia dan Pengembangan Relasi dalam Komunikasi Antar Pribadi . Sumber footnote dan daftar pustaka juga sudah tertera yaa. Langsung saja silakan baca dibawah ini ya :) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang       Pada dasarnya, relasi antar pribadi itu bersifat dinamis, sehingga bisa berubah dari tit i k harmonis ke titik konflik. K omunikasi memegang peran penting dalam membangun, mengembangkan, dan menjaga relasi antar pribadi.       Titik penting dalam relasi antar pribadi itu ada pada pemahaman . Komunikasi bisa membangun pemahaman, tetapi bisa juga sebaliknya membangun kesalahpahaman atau salah pengertian. Apabila komunikasi mampu membangun pemahaman, maka dalam relasi antarpribadi terbangun rasa percaya diri sehingga membawa pada keterbukaan dan akhirnya relasi yang intim. Kemampuan komunikasi dengan baik juga merupakan kemampuan yang

Cara mudah menggambar karakter di Anime Naruto "Kakashi Hatake"

Halo Good Readers and Good Sketchers. Lama tak jumpa nih, semoga kalian sehat selalu yaa. Oke, kali ini saya akan membagikan tutorial menggambar karakter di anime Naruto yang sudah tak asing lagi nih. Siapa? Ya, kita akan belajar menggambar gurunya Naruto yaitu Kakashi Hatake. Sebelum masuk ke bagian tutorial gambarnya, saya akan kasih sedikit gambaran sedikit. Siapa sih kakashi itu? Berikut sekilas tentang Kakashi Hatake. Kakashi hatake dicirikan punya mata yang sayu, rambut yang berwarna putih, mata kirinya ditutupi pelindung kepala Konoha, dan selalu membawa buku novel dewasa yang dibuat oleh Jiraiya. Dia adalah guru dari Naruto, Sakura, dan Sasuke atau biasa disebut Tim 7. Dia sendiri merupakan murid dari ayah Naruto yaitu Hokage ke-4 Minato Namikaze. Hal unik yang dimiliki Kakashi adalah mulut dan hidungnya yang tidak pernah diperlihatkan.  Ya mungkin sekarang kalian sudah ngga penasarankan dengan mukanya :D. Kelakuannya yang paling menjengkelkan bagi Naruto dan k