Halo Good Readers, tak terasa kini sudah dipenghujung bulan September dan besok udah tanggal satu aja ya, siapa yang sebentar lagi gajian??? Wah pasti banyak ya, bagi yang belum punya gaji juga gamasalah, santai aja rezeki udah ada yang ngatur kok :)
Sebelum masuk ke pembahasan, penulis ingin mengingatkan untuk jangan lupa menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang terkena dampak musibah bencana alam. Baik itu di Lombok, Sulawesi, dan sebagainya. Semoga sedikit bantuan yang kita berikan bisa bermanfaat bagi mereka. Dan semoga kita yang memberikan selalu diberikan nikmat yang baik pula dari Allah SWT. Aamiin.
Oke Good Readers, kali ini saya akan sedikit informasi yang membahas mengenai Psikologi Komunikasi dan Tabligh Pengelolaan Emosi dalam Komunikasi, yang di dalamnya terdapat teori-teori tentang emosi, emosi da'i atau komunikator dan lainnya. Sumber dari daftar pustaka dan footnote juga sudah tertera yaa. Langsung saja silahkan baca hasil sedikit contoh makalah yang saya buat dibawah ini :) Jangan lupa baca sampai bawah, ada sedikit pesan hehe.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam Tabligh, dakwah maupun komunikasi biasa,
seorang komunikator tidak hanya dituntut cerdas dan menguasai materi dakwah.
Salah satu hal yang tidak kalah penting juga adalah soal pengelolaan emosi
dalam diri komunikator lebih-lebih dalam memahami emosi dan kejiwaan para
pendengar. Komunikator yang baik akan memperhatikan dimensi kejiwaan baik pada
dirinya maupun pada diri lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicaranya adalah
khalayak ramai.
Kecerdasan
komunikator dalam mengelola emosi baik emosi dirinya juga menghadapi
pendengarnya sangat menentukan
keberhasilan dakwah maupun tabligh. Dengan kemampuan tersebut seorang komunikator akan memahami metode
seperti apa yang dapat digunakan dalam berkomunikasi sesuai keadaan atau
gejolak kejiwaan para komunikannya. Komunikator akan paham bagaimana dia harus
berbicara, kapan harus memulai, kapan harus mengakhiri dan strategi lainnya
agar komunikasi berjalan efektif dan pesan yang disampaikan dapat diterima
dengan baik.
Maka dalam
makalah ini akan dijelaskan bagaimana emosi seorang da’i atau komunikator,
komunikan dan cara menghadapi situasi komunikasi yang ada dalam perspektif
emosi keduanya, agar terlaksana dakwah yang sesuai harapan dan baik da’i maupun
mad’u akan saling nyaman dan paham tentang karakter kejiwaan masing-masing, dan
makalah ini kami beri judul “Pengelolaan
Emosi dalam Komunikasi”.
B. Rumusan
Masalah
a. Bagaimana emosi da’i dalam komunikasi?
b. Bagaimana
emosi mad’u dalam komunikasi?
c. Bagaimana
cara menghadapi mad’u dalam Berkomunikasi ?
C. Tujuan
a. Untuk
mengetahui emosi da’i dalam komunikasi
b. Untuk
mengetahui emosi mad’u dalam komunikasi
c. Untuk mengetahui cara menghadapi mad’u
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Teori-teori tentang Emosi
Komunikator adalah suatu kelompok
ataupun seseorang yang menyampaikan gagasan, peasaan ataupun pemikirannya
kepada orang lain. Sedangkan komunikan adalah pihak yang menjadi target atau
sasaran dari suatu pesan yang dikirimkan oleh komunikator.
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari
disertai oleh perasaan-perasaan
tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak
senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif,
warna efektif ini kadang-kadang
kuat, kadang-kadang
lemah atau samar-samar
saja. Dalam warna efektif yang kuat maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah.
Perasan-perasaan tersebutlah yang
dinamakan dengan emosi.[1]
Menurut
George Miller emosi
adalah pengalaman seseorang tentang perasaan yang kuat dan biasanya diiringi
dengan perubahan-perubahan fisik dalam peredaran darah dan pernapasan, biasanya
juga dibarengi dengan tindakan-tindakan pemaksaan.[2] Sarlito
W. Sarwono menjelaskan emosi sebagai suatu
reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap
rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri.
Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu
keadaan diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya, orang merasa
sedih, senang, terharu dan sebagainya jika melihat sesuatu, memdengar sesuatu,
mencium sesuatu dan sebagainya. Dengan kata lain perasaan atau emosi disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa atas
akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumya datang dari luar dan
peristiwa-peristiwa tersebut pada umunya menimbulkan kegoncangan- kegoncangan
pada individu yang bersangkutan.
Ada 5 emosi yang biasa kita rasakan dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain yaitu ;
1). Takut
Takut adalah perasaan yang sangat
mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari
kontak dengan hal itu.
2). Khawatir
Khawatir atau was-was adalah rasa takut
yang tidak mempunyai objek. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang,
gelisah, tegang, tidak senang, dan rasa tidak aman.
3). Cemburu
Cemburu adalah bentuk khusus dari
kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri
dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang memiliki
emosi cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.
4). Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kalangan,
yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan
oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba dan kiegembiraan biasanya bersifat sosial
yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang gembira tersebut.
5). Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah
hal-hal yang mengganggu aktifitas untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian
ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah
untuk menyalurkan ketegangan ketegangan itu, individu yang bersangkutan menjadi
marah karena tujuannya tidak tercapai.[3]
Dalam upaya menjelaskan bagaimana
timbulnya emosi, para ahli mengemukakan beberapa teori emosi, diantaranya:
Teori Emosi Dua-Faktor oleh Shcachter dan Singer, Teori Emosi James-Lange oleh
James dan Lange dan Teori Emergency oleh Cannon.[4]
1.
Teori Emosi Dua-Faktor Schachter dan Singer
Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati
berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam
darah, dan sebagainya), namun jika rangsangannya menyenangkan emosi yang timbul
dinamakan senang. Sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan , emosi yang
timbul dinamakan takut.
2.
Teori Emosi James-Lange
Menurut teori ini, emosi adalah hasil
persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai
respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Contohnya saat
seseorang melihat harimau, reaksinya peredaran darah semakin cepat
karena denyut jantung semakin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara.
Respons-respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbulnya rasa takut.
3.
Teori “Emergency” Cannon
Cannon mengatakan, bahwa organ dalam
umumya terlalu insensitive dan terlalu dalam responsnya untuk bisa menjadi
dasar berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang sering kali
berlangsung demikian cepat. Meskipun begitu, ia sebenarnya beranggapan bahwa
organ dalam merupakan satu-satunya faktor yang menentukan suasana emosional.
Teori ini menyebutkan emosi timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik.
Dalam kehidupan sehari-hari sering dengar adanya perasaan
yang tinggi dan perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya suatu klasifikasi dari perasaan dan emosi. Max
Scherer mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan atau
emosi, yaitu :
1). Perasaan atau emosi tingkat sensatis
Perasaan atau
emosi ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan
dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dan dingin.
2). Perasaan atau emosi kehidupan vital
Perasaan atau
emosi ini bergantung kepada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar,
lelah dan sebagainya.
3). Perasaan atau emosi kepribadian
Perasaan atau
emosi ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi,
misalnya perasaan
harga diri, perasaan putus asa, dan perasaan puas.
4). Perasaan kejiwaan
Perasaan atau
emosi ini merupakan perasaan seperti
rasa gembira, susah, dan takut.[5]
Pada emosi
yang kuat, seringkali terjadi perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara lain
:
1). Reaksi
elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.
2). Peredaran
darah : bertambah cepat bila marah.
3). Denyut
jantung bertambah cepat bila terkejut.
4). Pupil mata
membesar bila sakit atau marah.
5). Liur
mengering bila takut dan tegang.
6). Otot
menegang dan bergetar (tremor) bila terjadi takut dan tegang.
7). Komposisi
darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-
kelenjar lebih
aktif.
B. Emosi Da’i atau Komunikator dalam Komunikasi
Komunikasi berperan dalam membentuk
kepribadian kita. Hubungan dengan orang lain akan mempengaruhi kualitas hidup
kita. Bila pesan yang kita sampaikan tidak dipahami dengan baik oleh orang
lain, maka dapat dikatakan komunikasi yang kita lakukan mengalami kegagalan
atau tidak efektif. Stewart
L. Tubs dan Sylvia
Moss menyatakan
bahwa komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan 5 hal, yaitu :[6]
1. Pengertian yaitu penerimaan yang tepat dari
konten stimuli seperti yang disampaikan oleh komunikator.
2. Kesenangan yaitu komunikasi yang dilakukan untuk menimbulkan
kesenangan atau phatic communication.
3. Mempengaruhi sikap yaitu komunikasi ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain. Salah satu cara agar kita dapat mempengaruhi sikap
orang lain adalah dengan menggunakan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif
memerlukan pemahaman tentang psikologi komunikator, psikologi pesan, dan
psikologi komunikan.
4. Hubungan sosial yang baik yaitu komunikasi
bertujuan untuk mempererat hubungan sosial yang baik. Sebagai makhluk
sosial, kebutuhan sosial menjadi kebutuhan yang paling utama manusia. Kebutuhan
sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian dan
kekuasaan, dan cinta dan kasih sayang
5. Tindakan yaitu persuasi ditujukan untuk
mengeluarkan tindakan yang diinginkan. Efektivitas komunikasi diukur dari
tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikan.
Komunikator adalah pihak pertama yang
membuat atau melakukan encoder pesan. Dia merupakan pemrakarsa mengubah
pesan karena ingin menyajikan pikiran dan pendapat tentang suatu peistiwa atau
objek. Jika sebuah proses komunikasi tidak berjalan efektif, maka kesalahan
terbesar terletak pada komunikator, sebab cara komunikator memulai sebuah pesan
menentukan bagaimana pesan itu diterima.
Dengan demikian Hovland mengungkapkan
bahwa karakteristik sumber sangat berperan dalam mempengaruhi penerimaan awal
pada pihak penerima pesan dan dapat memiliki efek.[7]
Sumber yang dapat dipercaya (credible) akan memperkuat nilai informasi yang
disampaikan dan untuk kredibilitas sumber memiliki tiga faktor yaitu status,
keandalan, dan keahlian
sumber. Ketiga hal tersebut, jika dimiliki oleh sumber maka akan menambah nilai
informasi yang akan disampaikan.
Aristoteles mengemukakan bahwa untuk
menjadi komunikator yang efektif perlu memperhatikan tiga hal yaitu ethos,
phatos, dan logos.
Ethos
terletak
pada kecerdasan yang tercermin dalam kata-kata, argument-argumen yang masuk
akal, kejujuran dan citra juga niat yang baik yang dipersepsikan dari seorang
pembicara.
Phatos yaitu pendekatan emosional yakni kemampuan
komunikator menggugah emosi yang dimunculkan oleh pendengar, dan pendengar
sebagai alat pembuktian ketika emosi mereka digugah oleh rasa misalnya:
bahagia, sakit, benci, atau sakit. Phatos merupakan keterampilan menyampaikan
pesan dengan memakai perumpamaan, seni menampilkan suara baik volume maupun
intonasi, menyampaikan pesan dengan cara bertutur yang dapat menggugah emosi
audiens. Emosi (phatos)
komunikator dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Kemarahan
versus kelembutan
c. Ketakutan
versus kepecayaan diri
d. Rasa
malu versus tidak punya rasa malu
e. Penghina
versus pemberi pujian
f. Belas
kasih versus rasa iri
Faktor
ketiga yang harus dimiliki komunikator adalah logos, yaitu pendekatan logika dan
rasional dalam menyampaikan argumentasi. Seorang komunikator harus memiliki
akal sehat, dan kemampuan menyampaikan pesan-pesan yang masuk akal karena
disertai bukti-bukti dan data yang akurat, aktual, dan faktual.
C. Emosi Mad’u atau Komunikan dalam Komunikasi
Menurut McQuail audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam
rentang waktu tertentu, dan terhimpun bersama oleh tindakan individual
untuk memilih secara sukarela sesuai dengan harapan tertentu bagi masalah
menikmati, mengagumi, mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan atau lega.[8]
Emosi audiens saat berkomunikasi
tergantung pada komunikator ketika dia memulai berkomunikasi menyampaikan pesan
atau memulai suatu presentasi.
1. Libatkan
Emosi
Audiens
Bagaimana melibatkan emosi audiens? Cerita, inilah salah satu cara yang
sangat efektif untuk melibatkan emosi audiens dalam presentasi yang kita
sampaikan. Dengan cerita yang interaktif kita secara tidak langsung telah
membawa mereka dalam imajinasi mereka sendiri.
2. Buat
Audiens
Bergerak
Cara ini perlu dipertimbangkan
dalam sesi presentasi yang akan disampaikan. Jika kita melakukan presentasi
dalam durasi waktu yang singkat mungkin tidak masalah jika membiarkan audiens
duduk terus ditempat duduknya dari awal sampai akhir presentasi. Tapi kalau
presentasi itu dilakukan berjam-jam, ada baiknya kita memikirkan cara yang
tepat untuk membuat audiens itu bangkit dari tempat duduknya dan melakukan
gerak. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan misalnya dengan melakukan ice breaking, simulasi atau
cara-cara yang lain. Hal ini akan membantu audiens menghilangkan kejenuhan yang
dialami. Selain itu cara ini juga efektif untuk melibatkan audiens dalam
presentasi yang disampaikan.
3. Ajukan
Pertanyaan
Sebenarnya semua orang ingin di dengarkan, termasuk audiens. Perlu
dipahami bahwa presentasi itu adalah
komunikasi dua arah antara komunikator dan audiens. Untuk itu sangat penting
bagi komunikator untuk memberikan kesempatan kepada audiens untuk berbicara,
menyampaikan apa yang mereka pikir dan mereka rasakan. Ajukan pertanyaan
kepada audiens, ini akan menunjukkan bahwa komunikator sangat peduli dengan apa
yang mereka pikir dan mereka rasakan. Selain itu memberikan pertanyaan bisa
juga digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui sampai dimana audiens
memahami apa yang Anda sampaikan.
4. Lakukan
Jejak Pendapat
Cara ini bisa kita lakukan dengan cara melakukan jajak pendapat singkat
mengenai suatu isu dari topik yang disampaikan. Ini merupakan yang baik dan
efektif dan efektif untuk melibatkan audiens dalam presentasi. Selain itu cara
ini juga menunjukkan bahwa komunikator tertarik dengan pendapat mereka.
5.Melibatkan
dalam Diskusi
Ini juga bisa menjadi pilihan yang bisa digunakan untuk melibatkan
audiens dalam presentasi. Ketika komunikatir melibatkan audiens dalam diskusi,
berarti komunikator memberikan kesempatan kepada audiens untuk berpikir kritis
dan menginternalisasikan poin yang disampaikan dengan cara-cara yang logis.
Masing-masing audiens memiliki kesempatan yang sama untuk mengutarakan pendapat
mereka dengan lebih profesional. Ini jelas poin yang akan menjadikan presentasi
menjadi lebih menyenangkan.
6. Gunakan
Humor
Dalam setiap sesi presentasi menggunakan
humor selalu
memberikan suasana tersendiri dalam diri audiens. Komunikator harus tahu,
selain ingin mengetahui informasi yang disampaikan, audiens juga menginginkan
sebuah kegembiraan saat mendengarkan presentasi. Dan untuk menciptakan
kegembiraan dalam diri audiens, humor memiliki peranan yang sangat penting.
Namun perlu diingat, jika komunikator bukan tipe orang yang humoris, sebaiknya
komunikator tidak memaksakan diri.
D. Pengelolaan Emosi dalam Menghadapi Mad’u
Ada 6 cara untuk
membujuk dan mempengaruhi orang menurut Robert B. Cialdini yang sudah terbukti
secara ilmiah yang patut dikembangkan untuk memberikan dampak pada sebuah penyampaian
pesan dari pembicara ke audiens , yaitu :[10]
1. "Reciprocity"
Reciprocity atau hukum timbal balik adalah prinsip
yang biasanya digunakan oleh para pemasar atau pelaku bisnis untuk meningkatkan
loyalitas konsumen terhadap produk atau jasa yang mereka jual dengan terlebih
dahulu memberikan hadiah kepada calon konsumen. Hadiah ini bisa berupa
sample produk gratis atau yang lain.
Bagaimana menerapkan prinsip ini untuk presentasi?. Cara sederhana yang dapat dilakukan oleh
komunikator adalah dengan memberikan value kepada audiens melebihi apa yang
mereka inginkan. Value di sini yang utama adalah materi presentasi ditambah
dengan penawaran lain yang membuat audiens semakin mendapat manfaat dari apa
yang mereka dengarkan.
Contohnya bisa dengan memberikan bonus konsultasi gratis pasca
presentasi, memberikan webinar gratis sebagai tindak lanjut atau bisa juga
dengan memberikan hak akses keanggotaan sebagai member produk atau jasa yang
ditawarkan.
2.
"Scarcity"
Scarcity atau kelangkaan adalah prinsip di mana komunikator tidak hanya sekedar memberikan manfaat kepada
audiens, tapi lebih dari itu komunikator juga harus mampu menjelaskan kepada
audiens apa ruginya jika tidak mendengarkan presentasi yang akan disampaikan,
tidak mengadopsi ide atau tidak menggunakan jasa atau produk yang dijual.
3.
"Authority"
Ketahuilah audiens akan mendengarkan dan mengikuti presenter yang
memiliki otoritas, memiliki kredibilitas atau keahlian pada topik yang ia
sampaikan. Jadi jika ingin audiens mengadopsi ide dan mengikuti call to
action , komunikator perlu membangun authority.
Bagaimana caranya? Ada
beberapa cara. Pertama adalah dengan
menjadi ahli pada topik. Ini adalah
syarat mutlak pertama untuk membangun authority. Kedua, menjaga penampilan. Ingat, apa yang komunikator kenakan akan
sangat berpengaruh pada penilaian pertama audiens. Gunakan pakaian
terbaik yang sesuai dengan situasi presentasi. Ketiga, perkenalkan siapa diri dengan cara yang bijaksana.
4.
"Consistency"
Consistency terkait erat dengan komitmen komunikator pada bidang yang komunikator kerjakan. Semakin besar komitmen pada bidang
yang ditekuni (materi yang disampaikan), maka akan semakin besar pula
kepercayaan audiens kepada komunikator
Lantas
bagaimana sebuah komitmen terlihat?Sangat sederhana, semua akan terlihat dari
konsistensi komunikator.
contoh sederhana saja, Saat komunikator membawakan materi seminar atau
training dengan topik presentasi atau "public speaking", maka
kemungkinan audiens mempercayai komunikator akan jauh lebih besar dibandingkan
komunikator membawakan materi lain. Mengapa?
Itu karena konsistensi komunikator pada bidang presentasi dan public
speaking sudah
terbukti.
5.
"Liking"
Perlu komunikator tahu, orang lebih suka untuk mengatakan ya kepada
orang yang mereka sukai. Itu artinya jika ingin dapat mempengaruhi audiens maka
komunikator harus dapat membuat audiens menyukai. Lantas bagaimana melakukannya. Semua
harus dimulai dengan terlebih dahulu mengenali siapa audiens. Ada beberapa
aspek yang perlu dikenali, diantaranya adalah aspek demografis, psikologis dan
kontekstual. Setelah komunikator
mengenali siapa audiensnya, kemudian silakan hubungkan materi yang akan
disampaikan dengan kebutuhan mereka. Komunikator
harus tahu, audiens paling menyukai sesuatu hal yang berhubungan dengan mereka.
6.
"Consensus"
Consensus atau bukti sosial adalah prinsip keenam yang juga perlu
komunikator kembangkan untuk meningkatkan pengaruh. Ini dikarenakan ketika
audiens kurang mengenal komunikator, kurang memahami siapa komunikator maka
mereka akan melihat bagaimana perilaku orang lain atau pendapat orang lain
tentang diri komunikator. tentang produk atau jasa komunikator
Jadi tugas komunikator di sini tidak hanya sekedar membuat audiens
mengadopsi ide, mengikuti call to action
komunikator, tapi lebih dari itu komunikator juga harus dapat
menunjukkan atau menguraikan semua orang lain yang telah mengadopsi ide,
mendapatkan manfaat dari informasi yang komunikator telah sampaikan.
Daftar Pustaka
Cialdini, Robert 1984. Influence: The Psychology of
Persuasion. New York :
Harperbusiness
Hamidi. 2010. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah. Malang : UMM
Press.
Lahey, Benjamin B. 2007. Psychology: An
Introduction, 9th Edition, New York:
McGraw-Hill.
McQuail,
Dennis. 1994. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi .
Bandung : Remaja Rosdakarya
Sayyid, Muhammad Zalawi. 2007. Pendidikan
Remaja antara Islam & Ilmu
Jiwa. Jakarta: Gema Insani.
Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab Abdul Muhibl. 2004. Psikologi Suatu
Pengantar
dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Footnote:
[1]Abdul
Rahman Shaleh.Muhbid Abdul Wahab. 2004. Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam: Prenada Media. Hal.151
[2]Muhammad Sayyid M. az-Zabalawi. 2007. Pendidikan
Remaja antara Islam & Ilmu Jiwa. Jakarta: Gema Insani.
[3]Abdul Rahman Shaleh.Muhbid Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam: Kencana Prenada
Media Group. Hal.175
[5]Abdul
Rahman Shaleh.Muhbid Abdul Wahab. 2004. Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam: Kencana Prenada Media Group.
Hal.157.
[7]Ibid
hal.18
[8] Dennis McQuail.
1994. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga, hal. 202
[9] https://berguruberilmu.blogspot.com/2017/09/makalah-komunikasi-lisan.html.
(Diakses tanggal 6 Desember 2017 pukul 8.29 PM)
[10]Robert Cialdini. 1984. Influence: The Psychology of
Persuasion
Oke Good Readers itulah salah satu makalah Psikologi Komunikasi dan Tabligh Pengelolaan Emosi dalam Komunikasi. Jika kalian punya pembahasan yang lebih lengkap dan banyak referensi lagi boleh di share (bagi) kesini kok biar sama-sama belajar.
Kesimpulan kalian buat sendiri yaa hehe, karena ada kemungkinan kesimpulan yang ingin disampaikan berdasar analisa berbeda.
Semoga bermanfaat~
Baca Juga:
Comments
Post a Comment